Waktu kumpul dengan alumni SMA, ada tebakan/guyonan spontan yang terlontar dari seorang alumni 1970an. Tebakannya begini “apa bedanya anak muda dan orang tua?” salah satu jawabannya, katanya adalah “Kalau anak muda, suka ga peduli kesehatan demi uang. Kalau orang tua-tua seperti saya ini sudah ga peduli uang, demi kesehatan.”
Hmm…..
Kalau dipikir-pikir ungkapan tersebut bukan sekedar guyonan spontan. Mungkin itulah potret perilaku bekerja di sekeliling kita. Yang muda semangat ngantor cari uang sampai larut malam, lupa makan, lupa olahraga, ga sempat istirahat. Ketika sudah tua, kaya raya, punya duit, eh malah penyakit berdatangan. Alhasil, uang yang terkumpul habis untuk berobat macam-macam.
Untungnya, atas perilaku bekerja yang seperti itu kini muncul pemikiran perilaku bekerja yang berimbang atau biasa disebut worklife balance. Ada banyak versi pengertiannya, namun intinya adalah menjalankan pekerjaan dengan tetap menjaga keseimbangan hidup.
Ada yang menyebut, worklife balance itu bisa diistilahkan secara singkat berupa S-P-I-C-E-S, yaitu:
- “Social” : kehidupan keluarga, hubungan dengan orang lain, lingkungan, alam dan masyarakat
- “Physical”: kebugaran , gizi, kesehatan, dan santai
- ”Intelectual”: penguasaan stres dan tekanan,pengembangan diri & profesional, proses belajar
- “Career”: suskes bekerja, berkarir dan kesejahteraan finansial,
- ”Emotional “: “sense of humour”, kreativitas, bermain, dan “self esteem”,
- ”Spiritual”, ke Tuhan-an, intuisi, arti dan tujuan hidup.
Sekilas memang nampak indah, bahwa kita harus menjaga bandul keseimbangan berada di tengah. Namun apakah kenyataannya demikian? Melihat tantangan daya saing, ketatnya pasar, kondisi ekonomi dunia, tuntutan produktifitas dan efisiensi, maka peluang worklife balance akan semakin berat. Yang jelas, bos akan gatel mendelegasikan pekerjaan begitu kita terlihat sedikit santai. hehehe..
Apapun itu, muculnya pemikiran worklife balance meski tidak ideal mampu menjadi pendorong semangat agar kita bekerja secara efektif. Tidak perlu bekerja sampai dini hari kalau pekerjaan bisa dikerjakan esok hari. Tidak perlu lembur kalau pekerjaan bisa diselesaikan lebih cepat. Dan tak kalah penting, lakukan delegasi pekerjaan kepada staf.
Leave a Reply